Malam itu, saat duduk berdua di meja makan, Mario memegang
tangan istrinya dan berkata,
"Istriku, aku ingin cerai denganmu".
Meggy tidak bereaksi, dan cuma berkata lirih, "Mengapa" Mario
tidak mau memberikan alasan. Ia tidak bisa mengatakan bahwa hatinya sudah
tertambat oleh seorang gadis bernama Jane. Kebisuan Mario membuatnya
berang. Ia melempar sumpit dengan penuh amarah dan berteriak,
"KAMU BUKAN LAKI-LAKI".
Malam yang panjang itu, Mario mendengar isak tangisnya. Di ruang
tamu, Mario tidur dan kasihan padanya. Namun, sudah tidak cinta lagi,
hanya rasa kasihan (bukan cinta).
Keesokan hari, dengan berat hati Mario mengajukan surat cerai
yang apabila disetujuinya, ia akan mendapatkan rumah dan 30%
perusahaan. Meggy merobek-robek kertas itu dan menangis dengan
tersedu-sedu. Mario melihat istrinya dengan penuh kasihan. Telah 10 tahun
mereka bersama dan Mario juga menyesal begitu lama
mereka menghabiskan waktu dan energi membina rumah tangga dan akan
menguap. Namun, Mario sangat, dan benar-benar cinta dengan Jane,
sekretarisnya.
Keesokan paginya, Meggy mengajukan syarat
perceraian. Ia tidak mau kekayaan. Mario tertegun. Dia ingin waktu 1 bulan
kedepan dimana mereka berusaha bersikap normal dan berpura-pura mesra seperti
ketika baru menikah. Meggy mengatakan agar anak mereka yang
sedang ujian negara tidak akan terganggu dengan perceraian tersebut.
Satu bulan sudah cukup, katanya. Mario kaget. Dia tidak minta kekayaan. Dalam
satu bulan tersebut, Mario diminta untuk menggendongnya dari ranjang ke pintu
depan, persis seperti yang Mario lakukan saat mereka masih pengantin
baru. Mario rasa Meggy sudah gila. Meggy menanda-tangani surat perjanjian
dengannya bahwa ia tidak akan ingkar janji. Agar perpisahan kelak
berjalan lancar, Mario pun menyetujuinya.
Hari pertama, Mario mulai menggendongnya dengan kedua tangan, dan
mereka berdua sangat kikuk karena sudah lama tidak berdekatan meskipun
serumah. Anak mereka mengekor dari belakang dan bertepuk-tangan dengan
gembira dan berteriak, "Papa menggendong Mama." Meggy berbisik
mesra di telinga Mario, "Jangan pernah kasih tahu anak kita."
Mario pun mengangguk dan melihat Meggy keluar pintu menunggu bus
ke tempat kerja. Setelah itu, Mario sendirian menyetir mobil ke
kantor.
Hari kedua, Mereka berdua sudah agak terbiasa. Kepala
Meggy berbaring di dada Mario. Tercium bau parfum dari busana tidur
Meggy. Mario baru sadar, sudah sekian lama tidak memperhatikan istrinya.
Meggy sudah tidak muda lagi. Ada keriput di wajah dan sudut matanya. Beberapa
helai rambutnya ternyata sudah beruban. Beberapa saat Mario tertegun
dan membayangkan apa yang telah dilakukan kepadanya.
Hari keempat ketika menggendongnya, Mario mulai merasa ada
perasaan intim yang bangkit kembali. Ini adalah wanita yang telah memberikan
kehidupannya selama bertahun-tahun menemaninya.
Hari kelima dan keenam, perasaan intim benar-benar bertambah
kuat. Meggy berusaha memilih sebuah busana untuk dikenakan. Ia mengeluh
karena semuanya kedodoran. Ternyata badannya semakin kurus. Perasaan
sayang Mario kepadanya tiba-tiba muncul. .... Meggy telah memendam begitu
banyak kepahitan dan kegalauan di dalam hati. Tanpa sadar Mario mengelus
kepalanya.
Anak kami semakin senang dan setiap hari menunggu adegan
menggendong tersebut. Baginya, melihat papa menggendong mama dengan
mesra menjadi bagian penting dari hidupnya. Meggy memeluk anak mereka
dengan erat dan meneteskan air mata. Mario tidak sanggup
melihat adegan itu. Dia takut berubah pikiran.
Pada hari terakhir, hari ke-30, Mario menggendongnya, memandangnya
dan Meggy membalas dengan mesra. Istrinya semakin kurus.Mario menyalahkan
diri sendiri karena telah menelantarkannya selama ini. Mario baru
sadar, selama ini hidup mereka tidak intim.
Hari itu, Mario tergesa-gesa ke kantor, menemui
Jane dan berkata,
"Maaf, Jane. Aku tidak jadi bercerai dengan
istriku." Jane melihat Mario dengan perasaan aneh dan menyentuh
kening Mario untuk memeriksa apakah Mario sakit. Mario menceritakan semua
kepadanya. Pernikahan mereka membosankan karena mereka tidak menghargai
setiap momen hidup dan melakukan sesuatu sendiri-sendiri, ternyata
bukan berarti dalam diri mereka sudah tidak ada cinta. Mario baru sadar,
dulu sewaktu Mario begitu mesra menggendongnya saat hari pernikahan,
ia seharusnya memeluk istrinya sampai maut memisahkan mereka. Jane
menampar Mario dan keluar dari kantor dengan
air mata berlinang.
Sepulang dari kantor, Mario menyempatkan diri
ke toko bunga, memesan bunga-bunga yang cantik dan warna-warni, dan menulis
kata cinta di kartu bunga, "AKU AKAN MENGGENDONGMU SAMPAI
MAUT MEMISAHKAN KITA".
Hati Mario pun lega oleh perasaan cinta.
Mario cepat-cepat pulang dan segera masuk ke rumah dengan memegang
bunga-bunga kasih. Mario naik ke lantai atas dan masuk ke kamar tidur. Mario
diam membisu, melihat Meggy tidur di tempat tidur tak bergerak dengan
wajah pucat pasi. Karangan bunga terlepas dari tangan Mario dan
jatuh ke lantai. Mario menggoyangnya. Ia tidak bergerak...dan
juga tidak bernafas. Meggy yang dicintainya telah meninggal dunia.
Cintailah seseorang yang benar-benar tulus
mencintaimu. Jangan menyesal ketika dia sudah tiada