Selamat Datang di Blognya Mahasiswa Iseng
Loading
Home » » Surat Terakhir untuk Mama

Surat Terakhir untuk Mama

Written By Ammar Aiman on Jumat, 18 Mei 2012 | 20.11


Surat Terakhir untuk Mama
Karya: Citra Eka Mutia
 
Brukk.. terdengar  suara seseorang terjatuh ke lantai.
“Risa... Risa... kamu kenapa?”. Terdengar suara ricuh di dalam kelas.
Ternyata Risa, seorang siswi kelas X SMA HARAPAN BANGSA di sebuah kota di pulau Sumatera pingsan dan terjatuh dari bangkunya.
“Santi, Nisa, ayo bantu ibu membawa Risa ke UKS.” Pinta ibu guru kepada siswi lainnya.
Dengan segera ibu guru dan teman Risa membawa Risa ke ruang UKS. Risa dibaringkan di tempat tidur di ruang UKS. Tak berapa lama Risa pun siuman dari pingsannya, dengan segera petugas UKS yang tak lain siswa/siswi sekolah tersebut langsung memberi Risa minum dan obat.
“Risa, bagaimana keadaan kamu sekarang?” tanya ibu guru.
“Sudah baikan bu.” Jawabnya dengan wajah pucat.
“Kamu sakit apa Risa? Kalau kamu sakit parah lebih baik kamu pulang, biar ibu nanti telepon mama kamu agar mama kamu menjemput kamu.”
“Ja.. jangan bu.”
“Kenapa Risa?” tanya ibu guru dengan heran.
“Tidak apa-apa bu, saya hanya kelelahan saja. Saya tidak mau mencemaskan mama saya bu.”
“Oo... ya sudah kalau kamu baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu di sini, ibu mau kembali ke kelas dulu.”
“Baik bu, terima kasih ya bu.”
Ibu guru lalu pergi meninggalkan Risa di ruang UKS, Risa lalu beristirahat sampai bell istirahat berbunyi.


***
Bel pertanda waktu pulang pun berbunyi, Risa bergegas menuju ke parkiran sekolah lalu mengendarai motor matic miliknya. Risa mengarahkan laju motornya menuju rumah sakit.Ya, Risa ingin mengecek keadaannya di rumah sakit karena ia ingin mengetahui apa yang terjadi dengan kesehatannya.
“Dok, kenapa saya sering pingsan ya? Sesekali saya mimisan, apa lagi kalau saya kelelahan. Kira-kira saya sakit apa ya dok? Apa Cuma kelelahan saja?” tanya Risa pada seorang dokter.
“Saya belum bisa memastikan penyakit yang kamu derita, saya harus mengambil sample darah kamu untuk diteliti di laboraturium untuk memastikan penyakit kamu.” Jawab sang dokter.
“Baik dok,dokter bisa ambil darah saya agar dapat diteliti.kapan saya dapat mengetahi hasilnya dok?”           
“Paling lama minggu depan kamu sudah dapat mengetahui hasilnya. Untuk sementara waktu saya beri obat ini, jika kamu merasa pusing dan kamu mimisan segarakamu minum obat ini.”
“Baik dok, minggu depan saya kembali datang. Terima kasih dok.”
“Sama-sama.”
Risa bergegas pulang ke rumah agar mamanya tidak curiga kemana iya pergi. Sesampainya di rumah, Risa langsung masuk ke kamar dan mengganti seragam sekolahnya.
‘Kok sepi yah?’ gumamnya dalam hati.
“Bi...” ucapnya memanggil seorang pembantu.
“Iya non, ada apa non?”. Datanglah seorang wanita paruh baya dengan sedikit berlari menuju majikan mudanya.
“Mama kemana ya bi? Kok rumah sepi banget.”
“Tadi nyonya bilang nyonya pulang malam non, ada urusan katanya.”
“Oooh.. ya sudah, makasih ya bi..”
“Iya non, bibi tinggal ke dapur ya non.”
“Iya bi..”
“Untung mama belum pulang, jadi aku tidak ditanyai mama karena pulang telat”. Gumamnya dalam hati.
Risa lalu berjalan menuju kamarnya, tiba-tiba ia merasa kepalanya pusing dan ia berjalan dengan sempoyongan. Dari hidungnya juga mengeluarkan darah, Risa mimisan. Segera ia ambil obat yang tadi diberikan oleh dokter lalu meminumnya. Risa pun tergeletak lemas di kasurnya, ia mencoba untuk tidurdan berharap ketika ia bangun keadaannya membaik.
***

Seminggu kemudian, tepat dimana hasil cek kesehatannya dapat diketahui, Risa kembali ke rumah sakit. Dokter  lalu memberitahukan hasil cek kesehatan Risa.
“Ini hasil laboraturiumnya.” Ucap dokter sambil memberikan selembar kertas hasil cek kesehatan milik Risa.
Dengan penuh hati-hati Risa membuka dan membaca isi kertas tersebut sambil berharap hasil tes tersebut menunjukkan tidak ada masalah dengan kesehatannya. Namun, harapan tersebut musnah. Risa sangat terkejut dan tak percaya dengan hasil tes kesehatannya.
“Apa? Tidak mungkin. Ini pasti ada kesalahan. Ini pasti bukan hasil tes milik saya dokter. Saya yakin, ini pasti ada kesalahan.” Risa kaget dengan hasil tes kesehatannya.
“Mohon maaf Risa, tidak ada yang salah dengan hasil tes itu. Itu memang hasil tes kesehatan kamu.”
“Tapi dok, saya tidak mungkin mengidap leukimia. Saya hanya kelelahan dok, saya tidak mungkin mengidap penyakit ini.” Risa masih tidak percaya dengan hasil tes kesehatannya, Risa tidak percaya dengan penyakit yang dideritanya.
“Penyakit leukimia kamu telah mencapai stadium 3 menjelang stadium akhir. Kamu harus terapi agar kanker kamu tidak semakin menyebar.”
“Berapa lama lagi saya bisa bertahan dok?” tanya Risa sambil terisak-isak.
“Menurut kacamata kedokteran, umur kamu tidak lebih dari 6 bulan. Tetapi jika kamu rutin melakukan terapi kemungkinan kamu bisa bertahan lebih dari 6 bulan. Tapi itu hanya prediksi dari pandangan medis. Hidup kamu ditentukan oleh Tuhan, jadi kamu memohon kepadanya agar kamu mendapatkan kesembuhan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.”
“Terima kasih dokter.”
Risa lalu pergi dari ruangan dokter dan meniggalkan rumah sakit tersebut dengan menangis. Risa masih belum bisa menerima kenyataan tentang penyakitnya. Iya pergi ke sebuah taman, ia menangis sejadi-jadinya. Iya berteriak sekencang-kencangnya.
“Aaaaaaaahhhhhhh... ga mungkin!! Aku ga mungkin menderita penyakit ini!!” teriaknya sambil menangis.
“Mama.... Risa ga mau meninggal... Risa g mau ninggalin mama sendirian.. Risa ga mau ma... Risa sayang mama..” ungkapnya sambil menangis.
“Mama ga boleh tau soal penyakit aku, aku ga mau mama khawatir. Aku ga mau mama sedih karena aku. Aku harus simpan soal penyakit aku sendiri.”
***

Teeeeeeeet...
Bel bunyi tanda masuk berbunyi.
Semua siswa langsung masuk kelas untuk memulai pelajaran. Risa yang tengah berjalan di koridor sekolah dengan sempoyongan hampir terjatuh, dengan sigap Nisa memegang kedua pundak Risa.
“Risa, kamu gak kenapa-napa? Sepertinya kamu sakit. Wajahmu pucat.” Tanya Nisa
“Tidak Nis, aku gak kanapa-kenapa.” Jawab Risa
“Ris, kamu mimisan. Kamu sakit kan? Ayo aku antar ke ruang UKS.”
“Gak usah Nisa, aku gak apa-apa. Aku Cuma kecapean. Kita ke kelas aja yah.”
“Yakin kamu gak sakit?”
“Iya Nisa, aku yakin aku gak sakit.”
“Ya udah ayo kita ke kelas.”
Risa dan Nisa lalu berjalan menuju kelas , sambil Nisa membopong Risa yang sangat lemah.

............
Terdengar suara ponsel Risa berbunyi.
“helloo...” ucap Risa
“Apa benar ini Nona Risa?” ucap seseorang dari seberang telepon
“Iya benar, ini siapa? Ada perlu apa?”
“Saya suster dari rumah sakit ******, saya ingin memberitahukan kepada mba Risa kalau hari ini mba ada jadwal kemoterapi.”
“Ooh.. hari ini ya sus, tapi saya masih sekolah. Bagaimana kalau nanti siang saya kemonya sus?”
“Ya sudah mba, nanti siang mba harus datang untuk kemoterapi.”
“Baik sus, nanti saya pasti datang. Terima kasih ya sus.”
***

Hari ini, untuk pertama kalinya aku dikemoterapi. Rasanya sakiiiit banget. Aku gak tahan dengan rasa sakitnya, rasanya aku ingin mengakhiri semuanya. Tapi aku belum siap meninggalkan dunia, terutama meninggalkan mama. Yang mama punya di dunia ini Cuma aku, kalau aku pergi, siapa yang akan menjaga mama?
Tuhan.. aku mohon, berikan aku kesembuhan. Aku masih ingin hidup, aku masih ingin terus bersama mama... :’( Sambil menangis Risa menulis di buku hariannya. Air matanya membasahi lembaran demi lembaran buku harian itu.

***
Waktu terus berlalu, semakin hari penyakit Risa semakin parah. Risa yang tidak ingin mamanya mengetahui penyakitnya pun berbohong kepada mamanya kalau dia ingin nge-kost agar lebih dekat dengan sekolah. Kebetulan jarak rumah mereka ke sekolah Risa cukup jauh. Bisa membutuhkan waktu lebih dari 30 menit perjalanan. Akhirnya sang mama mengizinkan, namun setiap pulang sekolah Risa harus datang ke rumah mamanya dan kembali ke kost pada malam hari. Risa pun menyetujuinya, yang iya fikirkan bagaimana caranya agar mamanya tidak mengetahui penyakitnya.
Selama ia tinggal di kost, ia sering tidak masuk sekolah karena kesehatannya yang semakin  memburuk walau pun ia rutin kemoterapi dan meminum obat yang diberikan dokter. Namun, baginya semua itu tidak membantu kesembuhannya. Risa pun mulai frustasi dengan keadaanya. Sampai akhirnya ia memutuskan berhenti untuk kemoterapi dan minum obat.
***
Jum’at, 18 November 2009
Tiba-tiba Risa terjatuh saat berjalan di koridor sekolah. Ia langsung dibawa ke ruang UKS dan dirawat oleh teman-temannya.
“aku di mana?” tiba-tiba terdengar suara lirih.
“Risa.. kamu sudah sadar? Syukurlah.. kamu sakit apa? Aku antar ke rumah sakit ya..” ucap Nisa saat Risa siuman.
“Gak Nis, aku gak apa-apa kok. Oh iya, kamu bisa tinggalin aku sendirian? Aku lagi pengen sendiri.”
“Kamu yakin gak apa-apa?” Risa hanya menggangguk.
“Ya sudah kalau gitu aku ke kelas ya, kalau ada apa-apa bilang ke petugas UKS aja.” Ucap Nisa yang lalu berlalu pergi menuju kelas meninggalkan Risa sendiri.
Risa lalu mengambil tasnya dan mengeluarkan selembar kertas serta pena. Ia menulis sesuatu yang iya tujukan untuk mamanya.
Setelah iya selesai munulis, kertas tersebut lalu ia masukkan ke dalam tasnya, ia lalu bangkit dan berjalan ke luar ruang UKS. Baru satu langkah ia keluar dari pintu ruang UKS tersebut, ia kembali jatuh dan pingsan.
Ia segera dilarikan ke rumah sakit oleh pihak sekolah. Sesampainya ia di rumah sakit, ia langsung di rawat oleh dokter. Namun sayang, ia tidak dapat bertahan hidup. Penyakit leukimianya telah menyebar ke seluruh tubuhnya hingga nyawanya tidak dapat diselamatkan. Pihak rumah sakit segera menghubungi mama Risa dan memberitahukan kepadanya bahwa putri kesayangannya telah tiada. Mama Risa pun bergegas menuju rumah sakit sambil menangis dan tak percaya putri kesayangannya pergi dengan tiba-tiba.
***
Beberapa hari setelah kematian Risa, mamanya baru menemukan selembar kertas yang ditulis anaknya dan ditujukan kepadanya.
“Apa ini? Ternyata surat.” Gumamnya saat menemukan surat tersebut
 Mama Risa pun segera membaca isi surat tersebut.
Ma.. maaf ya selama ini Risa gak memberitahu mama soal penyakit Risa. Risa gak mau mama sedih, Risa juga gak mau ngerepotin mama. Risa sakit leukimia ma, dan dokter bilang umur Risa Cuma 6 bulan ma. Dan ini bulan ke-6 ma, Risa ga yakin akan bertahan lebih lama. Risa juga udah cape ma ngelawan penyakit ini, tapi Risa gak sembuh. Risa juga gak kuat ma nahan rasa sakitnya, apa lagi saat kemoterapi, sakitnya benar-benar luar biasa ma.
Maafin Risa selama Risa hidup ya ma, Risa tau Risa banyak salah sama mama. Risa belum bisa jadi anak yang berbakti buat mama, Risa belum bisa membanggakan mama. Risa selalu menyusahkan mama, Risa juga sering mambuat mama sedih, kecewa, bahkan sakit hati. Untuk semua itu, Risa minta maaf ma. Mama mau kan maafin Risa?
Ma, terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, dan juga pengorbanan mama yang telah mama lakukan untuk Risa. Risa gak akan bisa membalas semua itu. Mungkin ucapan terima kasih pun sangat tidak mencukupi untuk membalas semua yang telah mam berikan untuk Risa.
Mama jaga diri mama baik-baik ya ma... sebenarnya Risa gak mau ninggalin mama secepat ini. Tapi Tuhan berkehendak lain ma. Risa harus bisa menerima kenyataan kalau Risa harus berpisah dengan mama secepat ini.
Risa sayaaaaang banget sama mama, sampai mati pun Risa tetap sayang sama mama. Risa cinta mama, Risa sayang mama, meskipun Risa mati, tapi cinta dan sayang Risa buat mama gak akan pernah mati.
Daaaah mama... sampai bertemu di surga..

Salam cinta,
Risa

Mama Risa pun terduduk dan menangis sambil membaca isi surat tersebut. Dia tidak menyangka bahwa putrinya telah lama manderita penyakit ganas yang menyiksa putrinya. Ia merasa bukan menjadi ibu yang baik bagi Risa, karena disaat Risa merasakan sakit yang luar biasa ia sama sekali tidak mengetahui hal tersebut dan ia tidak ada di samping Risa disaat-saat terakhir hidup Risa.
“Harusnya mama yang minta maaf sayang, mama belum jadi ibu yang baik buat kamu, bahkan mama sama sekali tidak tau dah tidak peka kalau kamu sakit. Maafin mama sayang, mama menyesal.” Ucap mama Risa sambil menangis.

-The End-
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Anda Adalah Orang Yang Ke-

Followers

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blognya Manusia Iseng - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger