“My name Is Aldi”
Karya: Ammar
Aiman
Desiran angin sore
menyusuri setiap helai rambutku. Ku pacu sepeda motorku melaju di pinggir jalan
dengan kecepaan sedang. Menikmati helaan angin berpacu dengan desingan Honda
CBR milik ku. Berjuta angan terlintas dan singgah menghampiri dalam
benakku. Sebelumnya perkenalkan namaku Aldi, tepatnya Aldi Ardiansyah.
Mahasiswa semester akhir jurusan management di salah satu universitas ternama
di kota pelajar ini.
Tiba-tiba lamunanku
buyar, sesaat getar handphone ku bergetar di balik saku celanaku. Ku tepikan
sepeda motor kesayanganku ini. Terlihat sebuah nama tertera di layar
monitorku. Sarah, wanita musliamah yang rencananya 3 bulan mendatang aku akan
menikahinya dan menjadi pendamping hidupnya.
“Assalamu’alaikum, ada apa Sarah?”
“Wa’alaikum salam Aldi, sekarang kamu sedang berada dimana?”
“Di jalan menuju pulang ke rumah, kamu kenapa? Kedengarannya sangat khawatir”.
“Ibu, Ibu sedang sakit parah. Aku khawatir terjadi apa-apa dengan beliau”.
“Baiklah, aku akan segera ke sana, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”. Klik.
Ku pacu kembali sepeda
motorku dengan kecepatan penuh. Dengan perasaan sedikit gelisah yang terus
bersemayam di dalam pikiran ku. Kenapa? Ada apa? dan masih banyak sejuta
pertanyaan yang menggelayut di dalam benakku.
Dengan sedikit keahlianku
dalam mengendarai sepeda motor, ku salip setiap pengendara yang
menghalangi jalanku. Ku lihat kecepatanku telah sampai angka 120 km/jam.
Ya mungkin ini hal yang biasa bagi seorang pembalap jalanan sepertiku. Maksudku
mantan seorang pembalap jalanan. Dengan dipertemukannya aku dan Sarah, ia
melarang ku habis-habisan untuk terus mengikuti hoby yang kurasa sangat
berbahaya dan di setiap detiknya mengancam nyawaku. Namun tiba-tiba dengan
kecepatan begitu kencangnya terlintas sebuah sepeda motor tepat di depanku.
Saraf refleksku langsung bekerja tanpa melalui perintah dari otak. Rem tangan
ku tarik dengan sigap, sehingga ban belakang Honda CBR ku terangkat sekitar 60
cm. Tontonan yang menarik, mungkin bagi orang awam yang berlalu lalang pada
saat itu.
“hey bos, kok bengong?
Minggir dong gue mau lewat. Bisa kan?”
“Aa..aa. Bi.. sa, bisa
bisa bang. Silahkan aja”
Entah terkesima entah
takut atau apalah yang jelas aku tidak bisa mengartikan raut muka yang
terlukiskan di wajahnya. Lucu pikirku, seorang awam yang tak penah melihat
kejadian yang seperti tadi. Kembali ku fokuskan arah dan tujuan ku ke arah
jalan raya. Kurasa sekitar 1 km lagi jarak yang akan ku tempuh. 5 menit kurasa
cukup untuk melakukannya.
Ku kebutkan kembali
sepeda motor ku, dengan perasan yang masih gundah gulana akhirnya aku tiba di
depan sebuah rumah asri dengan bunga yang sangat banyak. Pernah terpikir olehku
ini adalah sebuah toko bunga yang menjual segala macam jenis bunga, namun
dugaanku meleset jauh. Ini adalah koleksi bunga yang di lestarikan turun
temurun oleh keluarga Sarah. Ya ini adalah rumah Sarah.
“Assalamu’alaikum”.
Pekikku dari luar pagar rumahnya yang dililiti oleh tanaman juga.
“wa’aliakum salam, Aldi
bisa tolong antarkan ibu ke Rumah Sakit Pattimurra’.
“Apa tidak kejauhan?, di
sekitar sini juga ada rumah sakit umum yang lumayan bagus kok”.
“Ya sudah, yang penting
gimana kondisi ibu saja”
Ku ajak ibu naik sepeda
motorku menuju rumah sakit yang terdekat. Setiba di sana, ibu langsung
ditangani oleh dokter yang sangat agresif - mungkin lebih tepatnya sangat
cekatan. Ibu langsung di bawa ke salah satu kamar rumah sakit, ku lihat di sana
tertera nomor 444. Nomor cantik pikirku, aneh tapi aku merasakan hari ini aku
sangat berbeda. Entah bagaimana aku mengungkapkan perasaan ini. Namun,
instingku berkata lain. Ada sesuatu yang akan terjadi hari ini. Ya, benar.
Tiba-tiba, tak ku duga sebilah pisau melayang begitu saja di samping telinga ku.
Mungkin berjarak 5 cm dari telinga kananku. Aku langsung bereaksi menghindar
dengan sekali gerakan.
“Wow ! Hampir saja” ku
pasang sikap kuda-kuda ku. Tak sia-sia selama ini aku belajar ilmu bela diri
Tae Kwon Do hingga sabuk merah.
Prok.. Prok.. Prok.. “Hebat
anak muda, siapakah gerangan namamu ? Aku tertarik dengan keahlianmu. Dari
caramu mengendarai motor hingga beladiri. I’m verry interested!” katanya
sembari terus bertepuk tangan.
Tubuh lelaki itu tidak
terlalu tinggi, seperti orang Indonesia pada umumnya. Sapuan uban di rambut,dan
kulit wajah yang melipat di beberapa bagian menandakan bahwa umurnya sudah
cukup tua. Namun yang membedakan adalah pakaian yang dikenanaknnya. Ia membalut
tubuhnya dengan semaccam mantel panjang berwarna hitam yang ujungnya hapir
menyentuh tanah. Scarf berwarna putih yang terbuat dari wol melingkar di
leher dan sarung tangan hitam membungkus kedua tangannya. Siapapun yang
melihatnya akan menyangka bahwa lelaki itu datang dari tempat yang jauh di
negeri Eropa, saat musim dingan tengah menyelimuti wilayah itu.
“hey hey hey, bapak
siapa? Dari tadi mengikuti saya terus?” selidikku penuh tanda tanya.”SIAPA
ANDA, ANDA MIRIP SEKALI DENGAN SEORANG SUPERHERO YANG SEDANG TERSESAT DI TENGAH
KOTA” pekik ku dalam hati.
Plok, sebuah pukulan mendarat
di bahu kekar ku “Aduh, sakit banget! Ga ngira-ngira nih kalau mau mukulin
orang”.
“Abis kamunya diem
aja, saya udah nungguin kamu ngomong. Perkenalkan, saya Mr. Bernadh.
Saya sedang mencari seorang pemuda yang berbakat seperti kamu. Ingin bergabung?”
“What?! Saya aja
baru kenal sama bapak. Kenapa bapak begitu yakin kalau saya orang yang
berbakat?
“karena saya bisa melihat
cahaya masa depan organisasi kami telah ada di diri kamu”.
“Lalu apa yang harus saya
lakukan?”
“Follow me!” sembari ia berjalan
meninggalkan ku dengan berjuta rasa penasaran yang ada di pikiranku.
“Hey Hey Hey Pak,
tunggu.. Saya masih sangat bingung dengan semua ini. Tolong jelaskan semua ini”
Tanpa menoleh ke arah
belakang – ke arahku, ia terus melaju. “sekarang kamu menggunakan ini” sambil
menyerahkan sebuah pistol genggam entah type apa yang sedang ku pegang ini.
“Eh, apa bapak seorang
penjahat ?” dengan perasaan yang bingung entah apa maksud dan tujuan si bapak.
Namun ia hanya terdiam dan terus melangkah maju dengan pastinya.
Tanpa terasa kami telah
sampai di depan pintu utama rumah sakit umum ini. Terlihat sebuah Lamborgini
metalic terparkir dengan indah di sana. “Silahkan masuk” Ujarnya datar.
Entah apa dan siapa yang
menuntun kakiku melangkah maju ke dalam mobil mewah ini. Dengan segudang
pertanyaan yang masih menggelantung di dalam pikiranku, ku perhatikan interior
mobil ini. Dengan dasbor hitam yang menarik, serasi dengan si pengemudi berbaju
serba hitam dan dilengkapi dengan kacamata hitam dan sebuah alat komunikasi
yang menarik terdapat di telinganya. “wow it’s cool me” pikirku.
“hey pak, pistol ini buat
apa?” Namun ia masih saja diam dan membisu. Tiba-tiba mobil yang kami naiki
melaju dengan kencangnya. Entah berapa menit keadaan kami seperti itu. Dan
tibalah kami di sebuah gedung yang sangat megah. Ya tepatnya semi megah, aku di
perintahkan untuk turun. Ketika kakiku melangkah keluar mobil tiba-tiba ku di
serang 2 orang berbadan besar. Tanpa ba bi bu aku di pukul di bagian perutku
dan punggungku. Jelas aku berontak, dengan sekali kibasan tendangan berputar ku
mereka berdua tersungkur. Ya memang posisi seperti tadi sangat sulit untuk
melakukan tendangan berputar seperti tadi. Namun alhasil aku berhasil dan
menumbangkan kedua orang tadi.
“Bagus, pelatihan baru
saja dimulai. Persiapkan dirimu selanjutnya”.
“Apa? Hey tolong jelaskan
kepadaku apa yang sedang terjadi? Ku cengkram kerah baju si bapak.
Namun sebuah pukulan datang dan mendarat di perutku
kembali. Aaarrhg erangku, mataku seperti berkunang-kunang lalu semua menjadi
gelap.
*****
Aaaarggh . . mataku
terbuka perlahan. “hey kamu sudah sadar?” terlihat Mr. Bernadh di sana.
“Hey, apa yang mau kau
ambil dari ku?”
“Selamat datang di
organisasi kami. Sebuah organisasi terselubung yakni pasukan C40i. Pasukan
mata-mata Amerika yang berpusat di New York”.
“Hey, hey aku berada di
mana ?” ku arahkan pandanganku ke arah jendela kamar apartemen yang ku rasa
sangat megah. Tampaklah gedung-gedung pencakar langit menghiasi kota New York
ini.
“sekarang tugas petama
kamu, lacak semua data keluar dan masuk semua orang yang ada di sekitar patung
liberty, understand?”.
“Yeah Sir, tapi saya
masih bingung kenapa saya di bawa kemari? Dan apa tujuan saya di bawa kemari?”
“Saya adalah ketua
organisasi C40i, saya mencari seorang yang mempunyai bakat. Dan bakat tersebut
ada di kamu nak, you can trust me son”.
“well, oke.. sebuah
kehormatan bagi saya untuk menerima tawaran ini”.
“Well, thaks a
lot son”.
Beberapa saat kemudian ku
diberikan sebuah pakaian yang sangat keren dan hal itu membuat diriku sangat
gagah. Sebuah kacamata hitam terpasang wajah indo ku, alat komunikasi
bertengger di telinga kanan. Dan tentunya sebuah jas hitam beserta pistol
genggam di berikan kepadaku.
“sir, saya tidak dapat
menggunakan sebuah pistol. I’m confused”.
“Pelajaran pertama kamu
bagaimana cara memegang sebuah pistol”. Dia memperaktikan menggunakan sebuah
pistol dengan benar. Sebuah peredam bunyi telah terpasang di pistol ku, ia
mencoba menembakkan ke sebuah bola yang terletak 8 m dari kami. Dooor, suara
terdengar pelan saat peluru di lepaskan. Sekarang giliranku mencoba, dan
ternyata aku menguasainya dalam waktu yang terbilang singkat. 12 menit. WOW!
Setelah ku berhasil
menguasai senjata yang ku genggam ini, aku di bawa menuju sebuah gedung
pencakar langit. ku bersama dengan 2 orang yang ku tak mengenal mereka sama
sekali. Ku perkirakan kami akan mengadakan sebuah pertemuan, kemudian kami
memasuki pintu utama lalu menuju sebuah lift. Kami bertiga diam seribu
bahasa dengan pikiran kami masing-masing. Ku perhatikan di sana tertera sampai
lantai 30. Lalu ia menekan pada lantai 17. Kami terus naik dan tiba-tiba pada
lantai 13 ada yang membuka pintu lift. Ternyata seorang pelayan hotel,
namun ia membawa sebuah meja dorong pembawa makanan. Tak ku sangka ia ikut
memasukkan meja dorong tersebut, tiba-tiba ia mengeluarkan pistol dilengkai
dengan alat peredam suara, Door.. timah panas mengenai teman ku tepat di
dadanya. Ia langsung terjatuh tergeletak. Lalu si pelayan mendorong meja dorong
sekuatnya ke arah kami dan ia langsung melarikan diri. Seketika meja dorong itu
ku tendang dengan sekuat tenaga ku, ingin ku mengejarnya namun teman ku
menahannya. “Sir, Bridge was dead”.ia menghubungi melalui alat komunikasi itu.
Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju lantai 17, ketika membuka suasana
kosong, aku mulai curiga dengan keadaan ini. Siaga ku tingkatkan, pistol
genggam yang tersembunyi di balik jas hitam ku tak lepas dari peganganku.
Tiba-tiba ada sebuah timah panas melesat dengan cepatnya, ku elakkan seluruh
badanku. Dan berhasil, aku tidak terkena peluru tersebut. Kemudian kami
melanjutkan tujuan utama kami.
Kami memasuki sebuah bar
yang terdapat di dalam hotel ini. Ku lihat banyak orang sedang bermain di meja
dengan semangatnya. “Pergilah bersenang-senang, misi kita kali ini mengincar
seorang penjahat internasional, namanya Mr. Hoe”. Ia menunjuk seorang yang
sedang bermain di meja utama ruangan ini. “Namun kamu harus berhati-hati, ia
dikenal sebagai kaki besi yang siap membunuh siapa saja. Kita melebur dengan
mereka agar tak ada yang curiga”. Alat komunikasi kami dilepas agar tak membuat
curiga orang-orang. Ternyata inilah tujuan ku di bawa kemari. Aku akan
menangkap seorang penjahat internasional. Hidup atau Mati!
Aku menuju meja pelayan
bar tersebut, aku memesan secangkir teh manis. Haha, ku teringat Indonesia ku
teringat dengan Sarah. Ah iya, Sarah. Aku lupa memberitahunya, bagaimana dengan
ibu. Oh tidak, pikiranku kian melayang. Aku bingung, aku harus berbuat apa?
Tiba-tiba si pelayan berkata dan membuyarkan lamunanku “Excuse me sir, we
don’t have a cup of tea in here”. “Oh, okay. I want a milkshake”. “Okay..”
Sebuah milkshake hangat
diberikan kepadaku, aku meminumnya dengan perlahan, ku seruput milkshake
itu dengan perlahan. Rasa dahaga hilang setelah meminum milkshake hangat
ini. Ku layangkan pandangan ku ke seluruh ruangan. Ku perhatikan seorang yang
di tunjuk temanku tadi, ya dia orang yang akan kami incar. Tiba-tiba sebuah
tembakan terdengar, semua orang panik. Ternyata temanku sudah mulai beraksi, ia
melepaskan timah panas kepada orang yang sedang ku perhatikan tadi. Ia
tertembak, ya ku perhatikan sekali lagi dengan detail ia tertembak. Ia
terjungkal ke belakang, namun ada yang aneh menurutku. Ia kembali bangkit dan
melihat dengan nanarnya, mencari si pemilik timah panas tersebut. Namun ia tak
menemukan sama sekali orang yang ia cari, ia mengamuk dan menghancurkan apa
yang ada di depannya. Ku kagum dengan keahlian temanku ini, ia menghilang
bersama kerumunan orang. Ya aku dapat sebuah pelajaran lagi.
Mr. Hoe terus mengamuk,
tiba-tiba ada seorang yang datang dan pergi membawa Mr. Hoe yang sedang
mengamuk. Aku tak beranjak sedikitpun dari tempat duduk ku, ku habiskan milkshake
ku. Dan ku tinggalkan berapa lembar uang yang ku terima tadi sebelum memulai
misi ini. Aku beranjak dan mengejar orang yang membawa Mr. Hoe tadi. Di luar
sana terlihat ia terus menyeringai. Ku coba mengikutinya terus dari belakang.
Tiba-tiba teman ku menarik tanganku untuk bersembunyi.
“sst.. Dia adalah
penjahat internasional, dia bisa kapan saja membunuhmu. Jangan terlalu dekat
dengannya”.
“Baiklah, terima kasih”.
Kemudian kami menyusuri koridor hotel mencari jalan pintas untuk menangkap Mr.
Hoe.
Teman ku berhenti di
depan ku mengangkat tangannya menandakan aku harus berhenti juga. Dia
mengeluarkan pistol genggamnya lalu bersiap untuk menembak. Terdengar langkah
kaki seorang yang sedang mengamuk. Ya, dia Mr. Hoe. Aku mengeluarkam
pistol ku juga, ku bersiap-siap kalau ia melawan. Sekarang yang ku hadapi
adalah seorang penjahat internasional yang sangat berbahaya.
Gerakan tiba-tiba yang
dilakukan oleh temanku membuat ku sedikit kaget, ia langsung menembakkan timah
panas dari pelatuknya. Teriakan Mr. Hoe sangat jelas terdengar, detak jantungku
semakin cepat. Aku bersiap-siap dan akhirnya aku beraksi, tembakan demi
tembakan ku tarik dari pelatukku. Akhirnya Mr. Hoe tergeletak dan tak bernyawa,
aku membunuhnya. Namun sial peluru si penjaga Mr. Hoe mengenai bahu kananku. Oh
tidak, aku lemas. Ku rasakan sakit yang begitu mendalam. Baru pertama
kalinya aku tertembak, namun ku paksakan diriku untuk tetap tegar dan terus
bangkit.
Teman ku juga tertembak
di paha kirinya, namun ia tetap masih kuat tuk berjalan. Lalu kami menuju pintu
keluar dan di sana telah menanti mobil Hummer hitam. Namun yang tidak di
sangka, teman ku tertembak dari belakang dan menembus dadanya. Ia langsung
terjatuh dan meninggal di tempat.
Ku pasang posisi
kuda-kuda, ku pegang pistol keberuntungan ku. Dengan sigap ku tarik pelatukku
mengenai seorang yang menembak temanku tadi-mungkin. Namun hanya dia sendiri
yang ada, di sekitar itu. Lalu aku masuk ke dalam Hummer hitam yang
menjemputku. Ya misi telah selesai. Aku kembali ke markas-mereka menyebut
gedung mewah tersebut sebagai markas. Aku melapor bahwa kedua temanku
tertembak. Namun aku mendapatkan penghargaan akibat berhasil membunuh mafia
internasional. Puluhan nominal yang sangat terbilang besar masuk ke pundi-pundi
rekening tabunganku.
Setelah kejadian tersebut
aku di pulangkan menuju Indonesia, dan ternyata Ibu Sarah telah sembuh total
dari sakitnya. Sarah marah kepadaku, karena menghilang dan tak ada kabar. Tiga
bulan kemudian kami melangsungkan pernikahan dan melakukan reaepsi yang sangat
mewah. Mr. Bernadh pun turut hadir pada acara resepsi pernikahan ku. Beberapa
bulan setelahnya aku pun melaksanakan wisuda mendapatkan gelar S2 management di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. This is my adventure. Petualangan ku yang
sangat mendebarkan!
MY NAME IS ALDI ARDIANSYAH, M.M
0 komentar:
Posting Komentar