Selamat Datang di Blognya Mahasiswa Iseng
Loading
Home » » My Name Is Aldi

My Name Is Aldi

Written By Ammar Aiman on Jumat, 18 Mei 2012 | 19.56


“My name Is Aldi”
Karya: Ammar Aiman
 
Desiran angin sore menyusuri setiap helai rambutku. Ku pacu sepeda motorku melaju di pinggir jalan dengan kecepaan sedang. Menikmati helaan angin berpacu dengan desingan Honda CBR milik ku. Berjuta angan terlintas dan singgah menghampiri  dalam benakku. Sebelumnya perkenalkan namaku Aldi, tepatnya Aldi Ardiansyah. Mahasiswa semester akhir jurusan management di salah satu universitas ternama di kota pelajar ini.
Tiba-tiba lamunanku buyar, sesaat getar handphone ku bergetar di balik saku celanaku. Ku tepikan sepeda motor kesayanganku ini.  Terlihat sebuah nama tertera di layar monitorku. Sarah, wanita musliamah yang rencananya 3 bulan mendatang aku akan menikahinya dan menjadi pendamping hidupnya.
            “Assalamu’alaikum, ada apa Sarah?”
            “Wa’alaikum salam Aldi, sekarang kamu sedang berada dimana?”
            “Di jalan menuju pulang ke rumah, kamu kenapa? Kedengarannya sangat khawatir”.
            “Ibu, Ibu sedang sakit parah. Aku khawatir terjadi apa-apa dengan beliau”.
            “Baiklah, aku akan segera ke sana, Assalamu’alaikum”
            “Wa’alaikum salam”. Klik.
Ku pacu kembali sepeda motorku dengan kecepatan penuh. Dengan perasaan sedikit gelisah yang terus bersemayam di dalam pikiran ku. Kenapa? Ada apa? dan masih banyak sejuta pertanyaan yang menggelayut di dalam benakku.
Dengan sedikit keahlianku dalam mengendarai sepeda motor, ku salip setiap pengendara yang menghalangi  jalanku. Ku lihat kecepatanku telah sampai angka 120 km/jam. Ya mungkin ini hal yang biasa bagi seorang pembalap jalanan sepertiku. Maksudku mantan seorang pembalap jalanan. Dengan dipertemukannya aku dan Sarah, ia melarang ku habis-habisan untuk terus mengikuti hoby yang kurasa sangat berbahaya dan di setiap detiknya mengancam nyawaku. Namun tiba-tiba dengan kecepatan begitu kencangnya terlintas sebuah sepeda motor tepat di depanku. Saraf refleksku langsung bekerja tanpa melalui perintah dari otak. Rem tangan ku tarik dengan sigap, sehingga ban belakang Honda CBR ku terangkat sekitar 60 cm. Tontonan yang menarik, mungkin bagi orang awam yang berlalu lalang pada saat itu.
“hey bos, kok bengong? Minggir dong gue mau lewat. Bisa kan?”
“Aa..aa. Bi.. sa, bisa bisa bang. Silahkan aja”
Entah terkesima entah takut atau apalah yang jelas aku tidak bisa mengartikan raut muka yang terlukiskan di wajahnya. Lucu pikirku, seorang awam yang tak penah melihat kejadian yang seperti tadi. Kembali ku fokuskan arah dan tujuan ku ke arah jalan raya. Kurasa sekitar 1 km lagi jarak yang akan ku tempuh. 5 menit kurasa cukup untuk melakukannya.
Ku kebutkan kembali sepeda motor ku, dengan perasan yang masih gundah gulana akhirnya aku tiba di depan sebuah rumah asri dengan bunga yang sangat banyak. Pernah terpikir olehku ini adalah sebuah toko bunga yang menjual segala macam jenis bunga, namun dugaanku meleset jauh. Ini adalah koleksi bunga yang di lestarikan turun temurun oleh keluarga Sarah. Ya ini adalah rumah Sarah.
“Assalamu’alaikum”. Pekikku dari luar pagar rumahnya yang dililiti oleh tanaman juga.
“wa’aliakum salam, Aldi bisa tolong antarkan ibu ke Rumah Sakit Pattimurra’.
“Apa tidak kejauhan?, di sekitar sini juga ada rumah sakit umum yang lumayan bagus kok”.
“Ya sudah, yang penting gimana kondisi ibu saja”

Ku ajak ibu naik sepeda motorku menuju rumah sakit yang terdekat. Setiba di sana, ibu langsung ditangani oleh dokter yang sangat agresif - mungkin lebih tepatnya sangat cekatan. Ibu langsung di bawa ke salah satu kamar rumah sakit, ku lihat di sana tertera nomor 444. Nomor cantik pikirku, aneh tapi aku merasakan hari ini aku sangat berbeda. Entah bagaimana aku mengungkapkan perasaan ini. Namun, instingku berkata lain. Ada sesuatu yang akan terjadi hari ini. Ya, benar. Tiba-tiba, tak ku duga sebilah pisau melayang begitu saja di samping telinga ku. Mungkin berjarak 5 cm dari telinga kananku. Aku langsung bereaksi menghindar dengan sekali gerakan.
“Wow ! Hampir saja” ku pasang sikap kuda-kuda ku. Tak sia-sia selama ini aku belajar ilmu bela diri Tae Kwon Do hingga sabuk merah.
Prok.. Prok.. Prok.. “Hebat anak muda, siapakah gerangan namamu ? Aku tertarik dengan keahlianmu. Dari caramu mengendarai motor hingga beladiri. I’m verry interested!” katanya sembari terus bertepuk tangan.
Tubuh lelaki itu tidak terlalu tinggi, seperti orang Indonesia pada umumnya. Sapuan uban di rambut,dan kulit wajah yang melipat di beberapa bagian menandakan bahwa umurnya sudah cukup tua. Namun yang membedakan adalah pakaian yang dikenanaknnya. Ia membalut tubuhnya dengan semaccam mantel panjang berwarna hitam yang ujungnya hapir menyentuh tanah. Scarf berwarna putih yang terbuat dari wol melingkar di leher dan sarung tangan hitam membungkus kedua tangannya. Siapapun yang melihatnya akan menyangka bahwa lelaki itu datang dari tempat yang jauh di negeri Eropa, saat musim dingan tengah menyelimuti wilayah itu.
“hey hey hey, bapak siapa? Dari tadi mengikuti saya terus?” selidikku penuh tanda tanya.”SIAPA ANDA, ANDA MIRIP SEKALI DENGAN SEORANG SUPERHERO YANG SEDANG TERSESAT DI TENGAH KOTA” pekik ku dalam hati.
Plok, sebuah pukulan mendarat di bahu kekar ku “Aduh, sakit banget! Ga ngira-ngira nih kalau mau mukulin orang”.
“Abis kamunya diem aja, saya udah nungguin kamu ngomong. Perkenalkan, saya Mr. Bernadh. Saya sedang mencari seorang pemuda yang berbakat seperti kamu. Ingin bergabung?”
“What?! Saya aja baru kenal sama bapak. Kenapa bapak begitu yakin kalau saya orang yang berbakat?
“karena saya bisa melihat cahaya masa depan organisasi kami telah ada di diri kamu”.
“Lalu apa yang harus saya lakukan?”
“Follow me!” sembari ia berjalan meninggalkan ku dengan berjuta rasa penasaran yang ada di pikiranku.
“Hey Hey Hey Pak, tunggu.. Saya masih sangat bingung dengan semua ini. Tolong jelaskan semua ini”
Tanpa menoleh ke arah belakang – ke arahku, ia terus melaju. “sekarang kamu menggunakan ini” sambil menyerahkan sebuah pistol genggam entah type apa yang sedang ku pegang ini.
“Eh, apa bapak seorang penjahat ?” dengan perasaan yang bingung entah apa maksud dan tujuan si bapak. Namun ia hanya terdiam dan terus melangkah maju dengan pastinya.
Tanpa terasa kami telah sampai di depan pintu utama rumah sakit umum ini. Terlihat sebuah Lamborgini metalic  terparkir dengan indah di sana. “Silahkan masuk” Ujarnya datar.
Entah apa dan siapa yang menuntun kakiku melangkah maju ke dalam mobil mewah ini. Dengan segudang pertanyaan yang masih menggelantung di dalam pikiranku, ku perhatikan interior mobil ini. Dengan dasbor hitam yang menarik, serasi dengan si pengemudi berbaju serba hitam dan dilengkapi dengan kacamata hitam dan sebuah alat komunikasi yang menarik terdapat di telinganya. “wow it’s cool me” pikirku.
“hey pak, pistol ini buat apa?” Namun ia masih saja diam dan membisu. Tiba-tiba mobil yang kami naiki melaju dengan kencangnya. Entah berapa menit keadaan kami seperti itu. Dan tibalah kami di sebuah gedung yang sangat megah. Ya tepatnya semi megah, aku di perintahkan untuk turun. Ketika kakiku melangkah keluar mobil tiba-tiba ku di serang 2 orang berbadan besar. Tanpa ba bi bu aku di pukul di bagian perutku dan punggungku. Jelas aku berontak, dengan sekali kibasan tendangan berputar ku mereka berdua tersungkur. Ya memang posisi seperti tadi sangat sulit untuk melakukan tendangan berputar seperti tadi. Namun alhasil aku berhasil dan menumbangkan kedua orang tadi.
“Bagus, pelatihan baru saja dimulai. Persiapkan dirimu selanjutnya”.
“Apa? Hey tolong jelaskan kepadaku apa yang sedang terjadi? Ku cengkram kerah baju si bapak.
Namun sebuah pukulan datang dan mendarat di perutku kembali. Aaarrhg erangku, mataku seperti berkunang-kunang lalu semua menjadi gelap.

*****

Aaaarggh . . mataku terbuka perlahan. “hey kamu sudah sadar?” terlihat Mr. Bernadh di sana.
“Hey, apa yang mau kau ambil dari ku?”
“Selamat datang di organisasi kami. Sebuah organisasi terselubung yakni pasukan C40i. Pasukan mata-mata Amerika yang berpusat di New York”.
“Hey, hey aku berada di mana ?” ku arahkan pandanganku ke arah jendela kamar apartemen yang ku rasa sangat megah. Tampaklah gedung-gedung pencakar langit menghiasi kota New York ini.
“sekarang tugas petama kamu, lacak semua data keluar dan masuk semua orang yang ada di sekitar patung liberty, understand?”.
“Yeah Sir, tapi saya masih bingung kenapa saya di bawa kemari? Dan apa tujuan saya di bawa kemari?”
“Saya adalah ketua organisasi C40i, saya mencari seorang yang mempunyai bakat. Dan bakat tersebut ada di kamu nak, you can trust me son”.
“well, oke.. sebuah kehormatan bagi saya untuk menerima tawaran ini”.
Well, thaks a lot son”.
Beberapa saat kemudian ku diberikan sebuah pakaian yang sangat keren dan hal itu membuat diriku sangat gagah. Sebuah kacamata hitam terpasang wajah indo ku, alat komunikasi bertengger di telinga kanan. Dan tentunya sebuah jas hitam beserta pistol genggam di berikan kepadaku.
“sir, saya tidak dapat menggunakan sebuah pistol. I’m confused”.
“Pelajaran pertama kamu bagaimana cara memegang sebuah pistol”. Dia memperaktikan menggunakan sebuah pistol dengan benar. Sebuah peredam bunyi telah terpasang di pistol ku, ia mencoba menembakkan ke sebuah bola yang terletak 8 m dari kami. Dooor, suara terdengar pelan saat peluru di lepaskan. Sekarang giliranku mencoba, dan ternyata aku menguasainya dalam waktu yang terbilang singkat. 12 menit. WOW!
Setelah ku berhasil menguasai senjata yang ku genggam ini, aku di bawa menuju sebuah gedung pencakar langit. ku bersama dengan 2 orang yang ku tak mengenal mereka sama sekali. Ku perkirakan kami akan mengadakan sebuah pertemuan, kemudian kami memasuki pintu utama lalu menuju sebuah lift. Kami bertiga diam seribu bahasa dengan pikiran kami masing-masing. Ku perhatikan di sana tertera sampai lantai 30. Lalu ia menekan pada lantai 17. Kami terus naik dan tiba-tiba pada lantai 13 ada yang membuka pintu lift. Ternyata seorang pelayan hotel, namun ia membawa sebuah meja dorong pembawa makanan. Tak ku sangka ia ikut memasukkan meja dorong tersebut, tiba-tiba ia mengeluarkan pistol dilengkai dengan alat peredam suara, Door.. timah panas mengenai teman ku tepat di dadanya. Ia langsung terjatuh tergeletak. Lalu si pelayan mendorong meja dorong sekuatnya ke arah kami dan ia langsung melarikan diri. Seketika meja dorong itu ku tendang dengan sekuat tenaga ku, ingin ku mengejarnya namun teman ku menahannya. “Sir, Bridge was dead”.ia menghubungi melalui alat komunikasi itu. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju lantai 17, ketika membuka suasana kosong, aku mulai curiga dengan keadaan ini. Siaga ku tingkatkan, pistol genggam yang tersembunyi di balik jas hitam ku tak lepas dari peganganku. Tiba-tiba ada sebuah timah panas melesat dengan cepatnya, ku elakkan seluruh badanku. Dan berhasil, aku tidak terkena peluru tersebut. Kemudian kami melanjutkan tujuan utama kami.
Kami memasuki sebuah bar yang terdapat di dalam hotel ini. Ku lihat banyak orang sedang bermain di meja dengan semangatnya. “Pergilah bersenang-senang, misi kita kali ini mengincar seorang penjahat internasional, namanya Mr. Hoe”. Ia menunjuk seorang yang sedang bermain di meja utama ruangan ini. “Namun kamu harus berhati-hati, ia dikenal sebagai kaki besi yang siap membunuh siapa saja. Kita melebur dengan mereka agar tak ada yang curiga”. Alat komunikasi kami dilepas agar tak membuat curiga orang-orang. Ternyata inilah tujuan ku di bawa kemari. Aku akan menangkap seorang penjahat internasional. Hidup atau Mati!
Aku menuju meja pelayan bar tersebut, aku memesan secangkir teh manis. Haha, ku teringat Indonesia ku teringat dengan Sarah. Ah iya, Sarah. Aku lupa memberitahunya, bagaimana dengan ibu. Oh tidak, pikiranku kian melayang. Aku bingung, aku harus berbuat apa? Tiba-tiba si pelayan berkata dan membuyarkan lamunanku “Excuse me sir, we don’t have a cup of tea in here”. “Oh, okay. I want a milkshake”. “Okay..”
Sebuah milkshake hangat diberikan kepadaku, aku meminumnya dengan perlahan, ku seruput milkshake itu dengan perlahan. Rasa dahaga hilang setelah meminum milkshake hangat ini. Ku layangkan pandangan ku ke seluruh ruangan. Ku perhatikan seorang yang di tunjuk temanku tadi, ya dia orang yang akan kami incar. Tiba-tiba sebuah tembakan terdengar, semua orang panik. Ternyata temanku sudah mulai beraksi, ia melepaskan timah panas kepada orang yang sedang ku perhatikan tadi. Ia tertembak, ya ku perhatikan sekali lagi dengan detail ia tertembak. Ia terjungkal ke belakang, namun ada yang aneh menurutku. Ia kembali bangkit dan melihat dengan nanarnya, mencari si pemilik timah panas tersebut. Namun ia tak menemukan sama sekali orang yang ia cari, ia mengamuk dan menghancurkan apa yang ada di depannya. Ku kagum dengan keahlian temanku ini, ia menghilang bersama kerumunan orang. Ya aku dapat sebuah pelajaran lagi.
Mr. Hoe terus mengamuk, tiba-tiba ada seorang yang datang dan pergi membawa Mr. Hoe yang sedang mengamuk. Aku tak beranjak sedikitpun dari tempat duduk ku, ku habiskan milkshake ku. Dan ku tinggalkan berapa lembar uang yang ku terima tadi sebelum memulai misi ini. Aku beranjak dan mengejar orang yang membawa Mr. Hoe tadi. Di luar sana terlihat ia terus menyeringai. Ku coba mengikutinya terus dari belakang. Tiba-tiba teman ku menarik tanganku untuk bersembunyi.
“sst.. Dia adalah penjahat internasional, dia bisa kapan saja membunuhmu. Jangan terlalu dekat dengannya”.
“Baiklah, terima kasih”. Kemudian kami menyusuri koridor hotel mencari jalan pintas untuk menangkap Mr. Hoe.
Teman ku berhenti di depan ku mengangkat tangannya menandakan aku harus berhenti juga. Dia mengeluarkan pistol genggamnya lalu bersiap untuk menembak. Terdengar langkah kaki seorang yang sedang mengamuk. Ya, dia  Mr. Hoe. Aku mengeluarkam pistol ku juga, ku bersiap-siap kalau ia melawan. Sekarang yang ku hadapi adalah seorang penjahat internasional yang sangat berbahaya.
Gerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh temanku membuat ku sedikit kaget, ia langsung menembakkan timah panas dari pelatuknya. Teriakan Mr. Hoe sangat jelas terdengar, detak jantungku semakin cepat. Aku bersiap-siap dan akhirnya aku beraksi, tembakan demi tembakan ku tarik dari pelatukku. Akhirnya Mr. Hoe tergeletak dan tak bernyawa, aku membunuhnya. Namun sial peluru si penjaga Mr. Hoe mengenai bahu kananku. Oh tidak, aku lemas. Ku rasakan sakit yang  begitu mendalam. Baru pertama kalinya aku tertembak, namun ku paksakan diriku untuk tetap tegar dan terus bangkit.
Teman ku juga tertembak di paha kirinya, namun ia tetap masih kuat tuk berjalan. Lalu kami menuju pintu keluar dan di sana telah menanti mobil Hummer hitam. Namun yang tidak di sangka, teman ku tertembak dari belakang dan menembus dadanya. Ia langsung terjatuh dan meninggal di tempat.
Ku pasang posisi kuda-kuda, ku pegang pistol keberuntungan ku. Dengan sigap ku tarik pelatukku mengenai seorang yang menembak temanku tadi-mungkin. Namun hanya dia sendiri yang ada, di sekitar itu. Lalu aku masuk ke dalam Hummer hitam yang menjemputku. Ya misi telah selesai. Aku kembali ke markas-mereka menyebut gedung mewah tersebut sebagai markas. Aku melapor bahwa kedua temanku tertembak. Namun aku mendapatkan penghargaan akibat berhasil membunuh mafia internasional. Puluhan nominal yang sangat terbilang besar masuk ke pundi-pundi rekening tabunganku.
Setelah kejadian tersebut aku di pulangkan menuju Indonesia, dan ternyata Ibu Sarah telah sembuh total dari sakitnya. Sarah marah kepadaku, karena menghilang dan tak ada kabar. Tiga bulan kemudian kami melangsungkan pernikahan dan melakukan reaepsi yang sangat mewah. Mr. Bernadh pun turut hadir pada acara resepsi pernikahan ku. Beberapa bulan setelahnya aku pun melaksanakan wisuda mendapatkan gelar S2 management di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. This is my adventure. Petualangan ku yang sangat mendebarkan!

MY NAME IS ALDI ARDIANSYAH, M.M

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Anda Adalah Orang Yang Ke-

Followers

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blognya Manusia Iseng - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger