Karya : Ammar Aiman
“Eh Beni, lagi apa lo?” sapa seorang perempuan yang membuyarkan
lamunanku. “Siang-siang ngelamun aja nih, tar kesambet loh kaya ayam tetangga
aku kemarin”.
“Eh setau gue ayam ga ada tuh yang kesambet, haha ngerjain aja lo”.
“Biarin, dari pada lo ngelamun ga jelas gitu” Tiba-tiba dia
meninggalkanku dengan senyum yang menghiasi bibirnya dan dengan berjuta tanya,
nih anak kenapa ya. Oh iya kenalin nama gue
Beni, gue baru lulus SMA di salah
satu kota Medan. Kalau orang melihat sekilas, gue mirip dengan dengan
pemeran Harry Potter, itu sih kata
teman-teman gue. Berperawakan cukup
tinggi, ya standar orang indonesia deh. Oh iya kembali ke cerita, itu tadi teman
akrab gue namanya Hana. Udah 3 tahun gue sekelas sama doi, pindahan dari kota
Bali sih katanya. Ya maklumlah, orang tuanya suka nomaden gitu karena
urusan pekerjaan. Gue rasa gue dekat sama dia sekitar 1 tahun yang
lalu, saat dimana gue kelas 3 SMA.
.Nah, kisah gue bermula ketika ada suatu event di sekolah ini. Mulai dari sini kita menjadi akrab. Jujur aja
sih gue diam-diam mengagumi sosok
seorang Hana. Doi tuh orangnya baik, supel, enak diajakin ngobrol, udah gitu tuh anak cakep lagi. Haha, perfect banget deh kalau seandainya dia
jadi seorang yang lebih daripada sahabat gue.
Saat itu dia menggunakan jilbab
abu yang menghiasi wajah putihnya, serta celana jeans panjang. Ya maklumlah, doi baru mengenakan jilbab ketika baru
pindah ke SMA gue.
“Hay, sendiri aja kamu?” sapanya.
“Iya nih, mereka lagi pada di sana
semua”.
“Oh, boleh kan aku duduk di sini?”
“Ya boleh dong, duduk aja lagi”.
“Makasih” sambil memberikan senyum
ke gue. Saat dimana dia senyum ke gue hanya ada satu kata yang terlintas
di benak gue “CANTIK”. Mulai dari
sana mungkin gue ngerasain yang namanya cinta pada pandangan pertama. Selang
beberapa lama kami ngobrol-ngobrol tentang pribadi masing-masing, kehidupan
kami satu sama lain. Waktu juga telah beranjak dri tempatnya semula. Mungkin
waktu tak cukup untuk saat itu, gue minta
nomor handphone-nya. Usut punya usut,
semkain hari gue semakin dekat.
Kami akhirnya bersahabat bagaikan
kepompong.
Ketika suatu saat doi pernah
cerita tentang seseorang yang nembak dia, ya emang sih jujur saat itu gue merasa dunia ini begitu sangat
panas. Tapi saat gue melihat doi
dunia kembali dingin lagi, aneh banget sih sebenernya. Saat itu dia engga minta
saran gue. Ya memang sih gue akui dia memang sangat dekat dengan semua
orang, termasuk temen-temen dan
sahabat gue yang laki-laki. Ya emang sih, gue tidak berhak melarang dia bergaul. “Emang gue siapanya sih?“ pikir gue. Memang orangnya gampang bergaul
sih.
Seiring berjalannya waktu akhirnya
gue bisa ngelupain doi, karena gue juga sibuk dengan bimbingan belajar
mengahadapi Ujian Nasional. Oh iya, soal yang doi ditembak sama seorang cowok
tadi, gue ga tau dia nerima atau engga. Kembali lagi ke cerita, beberapa bulan kemudian kami
mengahadapi Ujian Nasional. Saat itu hari terakhir ujian kami sangat
bergembira, melepas masa SMA. Namun, dibalik rasa gembira ini tersimpan rasa
sedih meninggalkan teman, guru, dan kenangan yang telah dibangun di SMA ini.
Tak luput juga acara coret-coret diakukan, namun gue melarikan diri dari kejaran temen-temen gue. Kan sayang banget bajunya di coret-coret hehe.
Sesampai di rumah, tubuh yang
tengah dalam kondisi lemas ini langsung dihamparkan di atas kasur empuk gue. Ah lega rasanya, telah mengakhiri masa SMA
ini. Tiba-tiba dering handphone gue berbunyi.
Ya sebuah pesan singkat, tertera nama Hana di sana.
“Hana?
Ngapain ya?” sembari membuka isi
pesannya
“Beni, Apa kabar
kamu? Sombong banget akhir-akhir ini sama aku. Aku lagi bete nih, boleh curhat
ga?”
“Ah, lagi bete aja inget gue. Hm, Curhat apaan Han?”
“Jadi gini, kamu pernah engga ngerasain kalau misalnya kamu
udah divonis suka sama sesorang, trus kamu tiba-tiba hilang begitu aja sukanya?
”
“Loh kamu kok tiba-tiba ngomong gitu sih? Lagi galau nih
sobat gue”
“Ih, akunya seriusan loh. Becanda mulu nih kamunya”
“Iya deh, sory.
Tapi menurut gue ada yang aneh sama lo. Gue tau kok lo type orang yang cepat bosen. Ya kan?”
“Aneh kenapa Ben?”
“Ah aneh aja, bentar-bentar suka. Bentar-bentar ilang”
“Ya aku juga ga ngerti Ben”
Semenjak sms kemarin sore, gue jadi semakin dekat dengan doi. Mulai
pagi, siang, sore, smsan melulu. Bahkan ampe malem ga bisa tidur smsan terus.
Sampai suatu ketika dimana gue sms ke
doi begini. . .
“Han, kalau misalnya ada orang yang
suka sama lo, tapi lo nya ga suka sama dia. Apakah lo menjauh ga?”
“Hm, tergantung. Bisa jadi iya, bisa
jadi biasa-biasa aja. Dulu juga kan aku pernah ditembak sama cowok tuh. Itu tuh
temen kamu, Willy. Tapi akunya biasa-biasa aja tuh, dianya aja yang ngejauh”
“Ya iyalah ngejauh, itu mah emang udah
sifat alamiah cowok kali”.
“Emang ada apaan ya nanya begituan ben?”
“Gpp sih, cuman kalau gue bilang gue suka sama elo. Lo bakalan ngejauh engga ya?”
“Apaan sih kamu?”
Semenjak saat itu, ga tau kenapa
gue mulai lagi ngerasa jarak diantara
kita tuh menjauh lagi. Gue juga engga
mengerti kenapa ini bisa terjad. Ya mungkin lebih baik gue menjauh buat menjaga hati gue.
Karena gue punya prinsip sebelum gue dapet kerjaan, punya rumah, dan
mobil, gue tidak akan pernah pacaran.
Beberapa bulan kemudian akhirnya gue diterima
disalah satu universitas yang ada di kota pelajar, yakni Yogyakarta. Ya,
tepatnya di Universitas Gadjah Mada fakultas tehnik, jurusan tehnik industri.
Di Yogyakarta, gue dan beberapa
teman-teman yang lain membangun sebuah perusahan roti. Namun kerap kali gue –yang punya dan memerakarsai toko
roti- sering mendapat surat peringatan dari universitas ini. Hampir-hampir gue mau di-drop out dari dunia perkuliahan. Itu semua gara-gara beberapa hal
tentang perusahaan roti yang gue kelola
ini.
Suatu saat dimana gue ingin
menuju ke Medan, tempat tinggal dan kampung halaman gue sekalian survey
lokasi melebarkan sayap perusahaan gue di
daerah Medan. Hari itu cuaca cerah, langit pun nampaknya bersahabat. Seakan
malaikat membentangkan sayap ketika gue membuka
sebuah pintu mobil BMW silver dengan hidrolik di bagian pintunya. Jadi kalau gue membuka pintu pasti pintunya ke
atas. Ya bisa dibayangin deh bagaimana bentuk mobil gue.
Tiba-tiba dari belakang ada seseorang dengan langkah terburu-buru
menabrak gue dan hampir merusak hari
indah yang gue punya.
“Eh, maaf maaf, aku engga sengaja. Aku lagi buru-buru nih” sapa seorang
gadis dengan nada minta maaf. Gadis itu putih, manis, dengan jilbab putih yang
menghiasi wajahnya. Jika dilihat sekilas ia mirip sekali dengan penyanyi papan
atas, yang jelas gue ga tau namanya
hehe.
“...............” gue diam sebentar, perasaan gue mengatakan nih cewek udah engga asing di mata gue. Tapi tunggu, bukan sih sepertinya.
“eh napa diem? Hay..”
“Oh, maaf sepertinya gue pernah
liat lo, tapi dimana ya?”
“Ah masa sih? Aku juga baru ada di medan beberapa hari yang lalu kok.
Rumah aku di Yogyakarta”
“Hah? Masa sih? Kalau begitu sama-sama orang Jogja dong kita, yuk mari
saya antar”
“Ah, ga deh. Takut negerepotin, kita kan baru kenal”
“Ga masalah kok. Aku orang baik kok”
“Ya udah naik yuk” seraya gue meninggalkan
dia dan langsung masuk ke dalam mobil BMW silver gue. Seperti kerbau di cocolk hidungnya ia mengikuti dan naik ke
dalam mobil gue.
“Oh iya, nama kamu siapa?”
“Rara, kamu?”
“Beni, mahasiswa semester akhir UGM tehnik industri. Kamu mahasiswa juga
ya?”
“Engga aku sudah selesai, cuman sampai di D3 aja” sambil menyebutkan
sebuah universitas swasta yang ada di sana.
“Oh, beguitu ya. Oh iya, kamu mau kemana?”
“Aku mau ke rumah sakit nih”
Ku pacu gas mobil ku menuju arah Rumah Sakit Haji Medan. Sepertinya
memang cuaca sangat cerah hari ini. Ku buka atap mobil ku, lalu tampaklah semua
yang berada di jalanan. Tatapan kagum orang-orang selalu melihat ke arah mobil
BMW silver gue. Yang gue rasakan kenapa jalanan begitu
lengangnya. Hanya beberapa kendaraan yang belalu lalang hari ini. Tak terasa
kami telah tiba di rumah sakit yang kami tuju.
“Aku di sini saja turunnya, terima kasih tumpangannya ya” sambil
memberikan senyuman yang menurut gue sangat
indah.
“Oh ya udah deh, eh gue minta
nomor handphone lo dong”
Dia menyebutkan beberapa deret angka, lalu dia langsung turun dari BMW
silver gue. Ternyata lokasi
perusahaan yang ingin gue bangun tidak
begitu jauh dari rumah sakit yang dimana Rara turun meninggalkan mobil gue.
Tak beberapa lama gue berada di
Medan, tiga hari kemudian gue kembali
lagi ke Yogyakarta karena gue ada jam
kuliah. Turut pula gue berpamitan kepada
Rara. Menurut kabar dari dirinya, dia sepertinya akan lama tinggal di Medan,
karena jurusan yang dulu ia ambil di Jogja adalah Akademi Keperawatan. Ya namun
semenjak hari itu kita sering berhubungan via sms maupun telepon. Terkadang aku
mengunjungi perusahaan roti yang aku kembangkan di Medan sekaligus tuk sekedar menjumpai
Rara.
Tiba-tiba gue teringat sobat gue dulu, ya Hana. Apa kabar dia
sekarang? Kenapa gue jadi memikirkan
dia ya. Ah sudahlah, dia yang meghilang begitu saja dari kehidupan gue. Namun, tanpa ku sadari seseorang telah berada di
samping ku.
“Hay, sendirian nih? Mobil kamu dimana?”
“oh kamu Ra. Itu mobil lagi di toko, aku lagi pengen jalan-jalan aja
sih.”
“Aku temenin ya, kamu mau kemana?”
“nih mau kembali ke toko, oh iya kamu bener mau temenin aku jalan-jalan?”
“Yup, tentu”
“Baiklah, aku mau ke SMA aku dulu. Kamu ikut ya”
“Oh tentu, emang SMA kamu dimana?”
Lalu gue menyebutkan salah satu
SMA swasta yang berada di Medan ini. Tak beberapa lama kami telah berada di
salah satu SMA terbesar kota Medan. Ya tepatnya di SMA gue dulu nih. Merajut masa depan gue yang sekarang bermula dari sini nih. Setibanya di sana, semua
mata tertuju mengarah kepada kami. Mungkin karena mobil gue kali ya. Hehe, boleh dong bangga sedikit. Soalnya nih mobil
dari hasil kerja keras gue, bukan
dari hasil korupsi hehe.
Lantas kami menaiki tangga, dengan setelan santai mengenakan baju T-Shirt Polo
berkerah putih dengan setelan celana jeans biru. Sangat serasi mungkin dengan
baju yang di kenakan Rara. Tak beberapa kemudian kami tiba di kantor guru.
“Assalamu’alaikum, pak Rahmat. Apa kabar pak? Sehat?”
“Wa’alikumsalam, wah ini Beni ya? Sudah sukses kamu sekarang ya, bapak
turut bangga aja deh”.
“Wah, iya pak alhamdulillah”
“Oh iya kamu kuliah di UGM ya? Trus emang kamu ga kuliah nih?”
“wah iya pak, saya di UGM. Saya
lagi kontrol perusahaan roti saya yang ada di medan cabang Jogja pak. hehe”
“Wah wah wah, sudah ada perusahaan sendiri nih. Sukses deh buat
perusahaannya”
“Iya pak”
Tak beberapa lama kami berbincang-bincang, datang beberapa guru yang lain
ikut nimbrung. Oh iya gue lupa, sebelum datang tadi gue membawa beberapa roti dari toko gue. Langsung diberikan kepada guru-guru
yang ada di sana. Sekalian promosi toko roti gue kalau ada event dari
sekolah. Sebelum pulang gue menyapa
adik kelas dulu, sekalian promosiin lagi toko roti gue. Hehehe
Ketika gue turun dan langsung
memasuki mobil gue. Seorang datang
menyapa gue. Kali ini jelas pandangan
gue. Orang yang tak asing lagi, ya
Hana.
“Eh, Beni ya?”
“Ini Hana ya? Apa gue salah orang ya?”
“Haha, Beni. . . Akhirnya kita
ketemu juga ya. Aku kangen banget loh sama kamu”
“Yang ngilang siapa ya? Oh iya kenalin ini Rara,temen deket aku”
Tak beberapa lama kemudian, kami mengobrol dan tak terasa kami sudah lama
ngobrol ke sana kemari. Kemudian gue dan
Rara pamit pulang dengan Hana.
Setelah pertemuan tersebut, baru gue
ketahui Hana kuliah di USU pendidikan dokter. Dan mungkin ini adalah tahun
terakhir doi untuk menuntaskan studi
Strata 1 (S1) nya. Dalam hati gue berdecak
kagum dengan sobat gue satu ini.
****
3 Tahun kemudian. .
Kali ini tepat umur gue 25
tahun, mungkin gue termasuk lama
dalam memilih jodoh. Haha, jelas ini karena prinsip gue. Namun kali ini semua persyaratan yang gue janjikan buat diri ini telah terbayar lunas.
Rumah gue keseluruhan berjumlah
3: satu berada di Jogja, satu di Jakarta, dan satu lagi di medan. Sekarang
cabang perusahaan roti gue telah
mencapai 14 cabang di seluruh Indonesia. Sedangkan mobil gue ada berapa ya? Lupa gue. Yang
jelas setiap perusahaan mempunyai satu buah mobil. Dan mobil yang gue kenakan tetap mobil BMW Silver yang
dulu gue ceritkan.
Beberapa bulan kemudian gue memutuskan
untuk menikah, dan ternyata dia adalah Rara. Sebenarnya gue ga nyangka kalau Rara
yang menjadi seseorang yang mendampingi hidup gue. Sedangkan Hana gue dengar
dia telah menjadi dokter dan melanjutkan S2 nya. Tapi semenjak saat itu gue tidak ada kabar mengenai dia.
Ternyata perasaan yang ada dahulu ke dia tiada artinya. Haha, tapi tidak
mengapa deh, sekarang gue sudah ada
Rara.
NB : Mohon
maaf kalau ada kesamaan nama atau tokoh, sebenernya ini bukan spesialisasi gue
menulis cerpen bertema romantisme. Jika ada kekurangan mohon maaf.

0 komentar:
Posting Komentar