Selamat Datang di Blognya Mahasiswa Iseng
Loading
Home » » Romansa Klasik Masa Lalu

Romansa Klasik Masa Lalu

Written By Ammar Aiman on Jumat, 25 Mei 2012 | 00.15


Karya : Ammar Aiman

“Eh Beni, lagi apa lo?” sapa seorang perempuan yang membuyarkan lamunanku. “Siang-siang ngelamun aja nih, tar kesambet loh kaya ayam tetangga aku kemarin”.
“Eh setau gue ayam ga ada tuh yang kesambet, haha ngerjain aja lo”.
“Biarin, dari pada lo ngelamun ga jelas gitu” Tiba-tiba dia meninggalkanku dengan senyum yang menghiasi bibirnya dan dengan berjuta tanya, nih anak kenapa ya. Oh iya kenalin nama gue Beni, gue baru lulus SMA di salah satu kota Medan. Kalau orang melihat sekilas, gue  mirip dengan dengan pemeran Harry Potter, itu sih kata teman-teman gue. Berperawakan cukup tinggi, ya standar orang indonesia deh. Oh iya kembali ke cerita, itu tadi teman akrab gue namanya Hana. Udah 3 tahun gue sekelas sama doi, pindahan dari kota Bali sih katanya. Ya maklumlah, orang tuanya suka nomaden gitu karena urusan pekerjaan. Gue rasa gue dekat sama dia sekitar 1 tahun yang lalu, saat dimana gue kelas 3 SMA.
.Nah, kisah gue bermula ketika ada suatu event di sekolah ini. Mulai dari sini kita menjadi akrab. Jujur aja sih gue diam-diam mengagumi sosok seorang Hana. Doi tuh orangnya baik, supel, enak diajakin ngobrol, udah gitu tuh anak cakep lagi. Haha, perfect banget deh kalau seandainya dia jadi seorang yang lebih daripada sahabat gue.
Saat itu dia menggunakan jilbab abu yang menghiasi wajah putihnya, serta celana jeans panjang. Ya maklumlah, doi baru mengenakan jilbab ketika baru pindah ke SMA gue.
“Hay, sendiri aja kamu?” sapanya.
“Iya nih, mereka lagi pada di sana semua”.
“Oh, boleh kan aku duduk di sini?”
“Ya boleh dong, duduk aja lagi”.
“Makasih” sambil memberikan senyum ke gue. Saat dimana dia senyum ke gue hanya ada satu kata yang terlintas di benak gue “CANTIK”. Mulai dari sana mungkin gue ngerasain yang namanya cinta pada pandangan pertama. Selang beberapa lama kami ngobrol-ngobrol tentang pribadi masing-masing, kehidupan kami satu sama lain. Waktu juga telah beranjak dri tempatnya semula. Mungkin waktu tak cukup untuk saat itu, gue minta nomor handphone-nya. Usut punya usut, semkain hari gue semakin dekat. Kami  akhirnya bersahabat bagaikan kepompong.
Ketika suatu saat doi pernah cerita tentang seseorang yang nembak dia, ya emang sih jujur saat itu gue merasa dunia ini begitu sangat panas. Tapi saat gue melihat doi dunia kembali dingin lagi, aneh banget sih sebenernya. Saat itu dia engga minta saran gue. Ya memang sih gue  akui dia memang sangat dekat dengan semua orang, termasuk temen-temen dan sahabat gue  yang laki-laki. Ya emang sih, gue  tidak berhak melarang dia bergaul. “Emang gue siapanya sih?“ pikir gue. Memang orangnya gampang bergaul sih.
Seiring berjalannya waktu akhirnya gue bisa ngelupain doi, karena gue juga sibuk dengan bimbingan belajar mengahadapi Ujian Nasional. Oh iya, soal yang doi ditembak sama seorang cowok tadi, gue  ga tau dia nerima atau engga. Kembali lagi ke cerita, beberapa bulan kemudian kami mengahadapi Ujian Nasional. Saat itu hari terakhir ujian kami sangat bergembira, melepas masa SMA. Namun, dibalik rasa gembira ini tersimpan rasa sedih meninggalkan teman, guru, dan kenangan yang telah dibangun di SMA ini. Tak luput juga acara coret-coret diakukan, namun gue melarikan diri dari kejaran temen-temen gue. Kan sayang banget bajunya di coret-coret hehe.
Sesampai di rumah, tubuh yang tengah dalam kondisi lemas ini langsung dihamparkan di atas kasur empuk gue.  Ah lega rasanya, telah mengakhiri masa SMA ini. Tiba-tiba dering handphone gue berbunyi. Ya sebuah pesan singkat, tertera nama Hana di sana.
                “Hana? Ngapain ya?” sembari membuka isi pesannya
“Beni, Apa kabar kamu? Sombong banget akhir-akhir ini sama aku. Aku lagi bete nih, boleh curhat ga?”
“Ah, lagi bete aja inget gue. Hm, Curhat apaan Han?”
“Jadi gini, kamu pernah engga ngerasain kalau misalnya kamu udah divonis suka sama sesorang, trus kamu tiba-tiba hilang begitu aja sukanya? ”
“Loh kamu kok tiba-tiba ngomong gitu sih? Lagi galau nih sobat gue”
“Ih, akunya seriusan loh. Becanda mulu nih kamunya”
“Iya deh, sory. Tapi menurut gue ada yang aneh sama lo. Gue tau kok lo type orang yang cepat bosen. Ya kan?”
“Aneh kenapa Ben?”
“Ah aneh aja, bentar-bentar suka. Bentar-bentar ilang”
“Ya aku juga ga ngerti Ben”

                Semenjak sms kemarin sore, gue jadi semakin dekat dengan doi. Mulai pagi, siang, sore, smsan melulu. Bahkan ampe malem ga bisa tidur smsan terus. Sampai suatu ketika dimana gue sms ke doi begini. . .
“Han, kalau misalnya ada orang yang suka sama lo, tapi lo nya ga suka sama dia. Apakah lo menjauh ga?”
“Hm, tergantung. Bisa jadi iya, bisa jadi biasa-biasa aja. Dulu juga kan aku pernah ditembak sama cowok tuh. Itu tuh temen kamu, Willy. Tapi akunya biasa-biasa aja tuh, dianya aja yang ngejauh”
“Ya iyalah ngejauh, itu mah emang udah sifat alamiah cowok kali”.
“Emang ada apaan ya nanya begituan ben?”
“Gpp sih, cuman kalau gue bilang gue suka sama elo. Lo bakalan ngejauh engga ya?”
“Apaan sih kamu?”
                Semenjak saat itu, ga tau kenapa gue mulai lagi ngerasa jarak diantara kita tuh menjauh lagi. Gue juga engga mengerti kenapa ini bisa terjad. Ya mungkin lebih baik gue menjauh buat menjaga hati gue. Karena gue punya prinsip sebelum gue dapet kerjaan, punya rumah, dan mobil, gue tidak akan pernah pacaran. Beberapa bulan kemudian akhirnya gue diterima disalah satu universitas yang ada di kota pelajar, yakni Yogyakarta. Ya, tepatnya di Universitas Gadjah Mada fakultas tehnik, jurusan tehnik industri.
Di Yogyakarta, gue dan beberapa teman-teman yang lain membangun sebuah perusahan roti. Namun kerap kali gue –yang punya dan memerakarsai toko roti- sering mendapat surat peringatan dari universitas ini. Hampir-hampir gue mau di-drop out dari dunia perkuliahan. Itu semua gara-gara beberapa hal tentang perusahaan roti yang gue kelola ini.
Suatu saat dimana gue ingin menuju ke Medan, tempat tinggal dan kampung halaman gue sekalian survey lokasi melebarkan sayap perusahaan gue di daerah Medan. Hari itu cuaca cerah, langit pun nampaknya bersahabat. Seakan malaikat membentangkan sayap ketika gue membuka sebuah pintu mobil BMW silver dengan hidrolik di bagian pintunya. Jadi kalau gue membuka pintu pasti pintunya ke atas. Ya bisa dibayangin deh bagaimana bentuk mobil gue.
Tiba-tiba dari belakang ada seseorang dengan langkah terburu-buru menabrak gue dan hampir merusak hari indah yang gue punya.
“Eh, maaf maaf, aku engga sengaja. Aku lagi buru-buru nih” sapa seorang gadis dengan nada minta maaf. Gadis itu putih, manis, dengan jilbab putih yang menghiasi wajahnya. Jika dilihat sekilas ia mirip sekali dengan penyanyi papan atas, yang jelas gue ga tau namanya hehe.
“...............” gue diam sebentar, perasaan gue mengatakan nih cewek udah engga asing di mata gue. Tapi tunggu, bukan sih sepertinya.
“eh napa diem? Hay..”
“Oh, maaf sepertinya gue pernah liat lo, tapi dimana ya?”
“Ah masa sih? Aku juga baru ada di medan beberapa hari yang lalu kok. Rumah aku di Yogyakarta”
“Hah? Masa sih? Kalau begitu sama-sama orang Jogja dong kita, yuk mari saya antar”
“Ah, ga deh. Takut negerepotin, kita kan baru kenal”
“Ga masalah kok. Aku orang baik kok”
“Ya udah naik yuk” seraya gue meninggalkan dia dan langsung masuk ke dalam mobil BMW silver gue. Seperti kerbau di cocolk hidungnya ia mengikuti dan naik ke dalam mobil gue.
“Oh iya, nama kamu siapa?”
“Rara, kamu?”
“Beni, mahasiswa semester akhir UGM tehnik industri. Kamu mahasiswa juga ya?”
“Engga aku sudah selesai, cuman sampai di D3 aja” sambil menyebutkan sebuah universitas swasta yang ada di sana.
“Oh, beguitu ya. Oh iya, kamu mau kemana?”
“Aku mau ke rumah sakit nih”
Ku pacu gas mobil ku menuju arah Rumah Sakit Haji Medan. Sepertinya memang cuaca sangat cerah hari ini. Ku buka atap mobil ku, lalu tampaklah semua yang berada di jalanan. Tatapan kagum orang-orang selalu melihat ke arah mobil BMW silver gue. Yang gue rasakan kenapa jalanan begitu lengangnya. Hanya beberapa kendaraan yang belalu lalang hari ini. Tak terasa kami telah tiba di rumah sakit yang kami tuju.
“Aku di sini saja turunnya, terima kasih tumpangannya ya” sambil memberikan senyuman yang menurut gue sangat indah.
“Oh ya udah deh, eh gue minta nomor handphone lo dong”
Dia menyebutkan beberapa deret angka, lalu dia langsung turun dari BMW silver gue. Ternyata lokasi perusahaan yang ingin gue bangun tidak begitu jauh dari rumah sakit yang dimana Rara turun meninggalkan mobil gue.
Tak beberapa lama gue berada di Medan, tiga hari kemudian gue kembali lagi ke Yogyakarta karena gue ada jam kuliah. Turut pula gue berpamitan kepada Rara. Menurut kabar dari dirinya, dia sepertinya akan lama tinggal di Medan, karena jurusan yang dulu ia ambil di Jogja adalah Akademi Keperawatan. Ya namun semenjak hari itu kita sering berhubungan via sms maupun telepon. Terkadang aku mengunjungi perusahaan roti yang aku kembangkan di Medan sekaligus tuk sekedar menjumpai Rara.
Tiba-tiba gue teringat sobat gue dulu, ya Hana. Apa kabar dia sekarang? Kenapa gue jadi memikirkan dia ya. Ah sudahlah, dia yang meghilang begitu saja dari kehidupan gue. Namun,  tanpa ku sadari seseorang telah berada di samping ku.
“Hay, sendirian nih? Mobil kamu dimana?”
“oh kamu Ra. Itu mobil lagi di toko, aku lagi pengen jalan-jalan aja sih.”
“Aku temenin ya, kamu mau kemana?”
“nih mau kembali ke toko, oh iya kamu bener mau temenin aku jalan-jalan?”
“Yup, tentu”
“Baiklah, aku mau ke SMA aku dulu. Kamu ikut ya”
“Oh tentu, emang SMA kamu dimana?”
Lalu gue menyebutkan salah satu SMA swasta yang berada di Medan ini. Tak beberapa lama kami telah berada di salah satu SMA terbesar kota Medan. Ya tepatnya di SMA gue dulu nih. Merajut masa depan gue yang sekarang bermula dari sini nih. Setibanya di sana, semua mata tertuju mengarah kepada kami. Mungkin karena mobil gue kali ya. Hehe, boleh dong bangga sedikit. Soalnya nih mobil dari hasil kerja keras gue, bukan dari hasil korupsi hehe.
Lantas kami menaiki tangga, dengan setelan santai  mengenakan baju T-Shirt Polo berkerah putih dengan setelan celana jeans biru. Sangat serasi mungkin dengan baju yang di kenakan Rara. Tak beberapa kemudian kami tiba di kantor guru.
“Assalamu’alaikum, pak Rahmat. Apa kabar pak? Sehat?”
“Wa’alikumsalam, wah ini Beni ya? Sudah sukses kamu sekarang ya, bapak turut bangga aja deh”.
“Wah, iya pak alhamdulillah”
“Oh iya kamu kuliah di UGM ya? Trus emang kamu ga kuliah nih?”
“wah iya pak,  saya di UGM. Saya lagi kontrol perusahaan roti saya yang ada di medan cabang Jogja pak. hehe”
“Wah wah wah, sudah ada perusahaan sendiri nih. Sukses deh buat perusahaannya”
“Iya pak”
Tak beberapa lama kami berbincang-bincang, datang beberapa guru yang lain ikut nimbrung. Oh iya gue lupa, sebelum datang tadi gue membawa beberapa roti dari toko gue. Langsung diberikan kepada guru-guru yang ada di sana. Sekalian promosi toko roti gue kalau ada event dari sekolah. Sebelum pulang gue menyapa adik kelas dulu, sekalian promosiin lagi toko roti gue. Hehehe
Ketika gue turun dan langsung memasuki mobil gue. Seorang datang menyapa gue. Kali ini jelas pandangan gue. Orang yang tak asing lagi, ya Hana.
“Eh, Beni ya?”
“Ini Hana ya? Apa gue salah orang ya?”
“Haha, Beni. . .  Akhirnya kita ketemu juga ya. Aku kangen banget loh sama kamu”
“Yang ngilang siapa ya? Oh iya kenalin ini Rara,temen deket aku”
Tak beberapa lama kemudian, kami mengobrol dan tak terasa kami sudah lama ngobrol ke sana kemari. Kemudian gue dan Rara pamit pulang dengan Hana.
Setelah pertemuan tersebut, baru gue ketahui Hana kuliah di USU pendidikan dokter. Dan mungkin ini adalah tahun terakhir doi untuk  menuntaskan studi Strata 1 (S1) nya. Dalam hati gue berdecak kagum dengan sobat gue satu ini.

****
3 Tahun kemudian. .
Kali ini tepat umur gue 25 tahun, mungkin gue termasuk lama dalam memilih jodoh. Haha, jelas ini karena prinsip gue. Namun kali ini semua persyaratan yang gue janjikan buat diri ini telah terbayar lunas.
Rumah gue keseluruhan berjumlah 3: satu berada di Jogja, satu di Jakarta, dan satu lagi di medan. Sekarang cabang perusahaan roti gue telah mencapai 14 cabang di seluruh Indonesia. Sedangkan mobil gue ada berapa ya? Lupa gue. Yang jelas setiap perusahaan mempunyai satu buah mobil. Dan mobil yang gue kenakan tetap mobil BMW Silver yang dulu gue ceritkan.
Beberapa bulan kemudian gue memutuskan untuk menikah, dan ternyata dia adalah Rara. Sebenarnya gue ga nyangka kalau Rara yang menjadi seseorang yang mendampingi hidup gue. Sedangkan Hana gue dengar dia telah menjadi dokter dan melanjutkan S2 nya. Tapi semenjak saat itu gue tidak ada kabar mengenai dia. Ternyata perasaan yang ada dahulu ke dia tiada artinya. Haha, tapi tidak mengapa deh, sekarang gue sudah ada Rara.



NB :    Mohon maaf kalau ada kesamaan nama atau tokoh, sebenernya ini bukan spesialisasi gue
menulis cerpen bertema romantisme. Jika ada kekurangan mohon maaf.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Anda Adalah Orang Yang Ke-

Followers

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blognya Manusia Iseng - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger