Arti Persahabatan
Karya : Syahrial Zulmi
“hahaha!” aku tertawa sambil membaca..
“Ihsan! Katanya mau cari refernsi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku
menemukan buku dari rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kau bawa kartu kan?
Pokoknya besok kamis, semua tugas kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan
malam ini. Setelah itu bebas tugas. Playstation!” jelas Dika dengan nada
nyaring.
Dika orang yang paling simple, punya banyak akal, tapi banyak juga gagal,
hahaha… Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 3, beda lagi kalau
masalah bermain Playstation – Dika jagonya. Rasanya seperti dia sudah tau apa
yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya
aku kurang suka main playstation, gara-gara Dika, aku jadi ikut-ikutan suka main
game.
Sahabatku yang kedua adalah Ammar. Ammar pemberani, badannya besar karena
sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang- nah,
sudah kuduga dia datang kesini.
“Kau gak pakai kaca mata hitam itu ?” Tanyaku pada ammar yang baru masuk ke
perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata. Tapi hari ini tampaknya dia
sudah sembuh. Tapi, kaca mata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini
bener-bener kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang
overdosis pada berbagai hal. “hahahaha”
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan dengan sekolah,
Ammar dan Dika juga tempat sekomplek. Saat pulang terjadi sesuatu.
Kataku dari hati sambil lihat dari kejauhan “(eh itu)” “aku sangat kenal
dengan rumahku sendiri” aku mulai ketakutan saat seorang asing bermobil
terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani
pulang kerumah.
“Oh iya itu” Dika dan Ammar setuju denganku. Dika melihatku seksama, ia
tahu kalau aku sedikit takut berkelahi. Aku melihat Dika seperti sedang
berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu. “Oke, Ihsan – kau pergi segera kasih
tau satpam sekarang, aku dan Ammar akan memergokinya lewat depan dan teriak..
maling…. Pasti tetangga keluar semua” bisikan Dika terdengar, membuatku semakin
ketakutan tak berbentuk.
Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa
terucapkan kata apapun dari mulut. “Ihsan, ayo…satpam” “Dika membisiku sekali
lagi
Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura – tidak
terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak satpam panik
mendengar ceritaku – ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang
dan menangkap maling yang ada dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng satpam
tadi dengan keretanya. Sekitar 5 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan
kembali kerumahku.
“Ya tuhan!” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lainnya yang datang
lebih awal dari pada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Ammar yang
berdarah. Terlihat juga tangan Dika yang luka seperti kena pukul. Satpam
langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini.
“Jangan khawatir…. Hehehe…. Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi
saat kami teriak maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah.
Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpas-pasan denganku. Ya
akhirnya kena pukul deh… Dika juga kena serempet mobil mereka yang terburu buru
pergi” Jawab Ammar dengan tenang dan pedenya. Kemudian Dika membalas perkataan Ammar
“Rumahmu aman – kita memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil
barang dirumahmu”.
Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Dika dan Ammar datang
kerumahku dan kamu menjelaskan apa yang terjadi. Anehnya, peristiwa adanya
maling ini seperti tidak pernah terjadi.
“hahaha…” Dika malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh
kesayangannya saat main PS. Sedangkan Ammar bercerita kalau dia masih
sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena
pukul. Bagaimana caranya? Aku juga kurang paham. Ammar kurang jelas
menceritakannya.
Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka
lebih mengerti ketakutan dan kelemahan diriku. Dika dan Ammar adalah sahabat
terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk
sahabatnya (Dika dan Ammar salah satunya).
0 komentar:
Posting Komentar